Kamis, 28 Juni 2018

Materi PAI (Iman Kepada Rasul Allah)



IMAN KEPADA RASUL ALLAH
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Materi Aqidah Akhlak di Mts-MA”


Disusun Oleh:
Kelompok 4
1.      Angga Adi Saputra                             210315134
2.      Intan Fitriani Kusumaningrum            210315142
3.      Lutfa Nihayati                                     210315123

Dosen Pengampu:
Nurul Hakim, ST. M.Hum.

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
OKTOBER 2017



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dinantikan syafaatnya dihari kiamat.
Bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta motivasi dari berbagai pihak baik sepiritual maupun materi. Atas bantuan tersebut kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.      Bapak Nurul Hakim, ST. M. HUM Selaku Dosen Studi Materi Akidah Akhlak MTs – MA.
2.      Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya tugas ini.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun selalu saya nantikan.
Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca.


                                                                 Ponorogo, 29 September 2017

Kelompok 4



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk Allah yang paling sempurna, karena Allah telah melengkapi manusia dengan akal pikiran yang harus dipergunakan sebagai pengendali hawa nafsu sehingga dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk. Manusia sempurna yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa dan beriman kepada-NYA. Salah satu bentuk iman adalah iman kepada Rasul yang merupakan rukun iman yang ke-empat dari enam rukun yang wajib di imani oleh setiap umat Islam.
Yang di maksud dengan iman kepada Rasul adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Rasul adalah orang-orang yang telah di pilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud iman kepada rasul-rasul Allah?
2.      Apa yang dimaksud mu’jizat dan kejadian yang luar biasa yang dimiliki oleh rasul-rasul Allah?
3.      Apa saja aklak terpuji bagi sesama?
4.      Apa saja akhlak tercela bagi sesama?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui iman kepada rasul-rasul Allah.
2.      Untuk mengetahui mu’jizat dan kejadian yang luar biasa.
3.      Untuk mengetahui akhlak terpuji bagi sesama.
4.      Untuk mengetahui akhlak tercela bagi sesama.



BAB II
IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH
A.    Iman Kepada Rasul Allah
1.      Pengertian Iman kepada Rasul Allah
Rasul menurut bahasa adalah utusan sedang menurut istilah ialah orang yang menerima wahyu dari Allah yang berkenaan dengan syari’at agama tertentu dan ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterimanya kepada umatnya. Sedangkan Nabi berasal dari bahasa Arab Naba’a yang artinya berita. Jadi nabi itu artinya orang yang memberitakan atau yang membawa berita. Dari pengertian diatas, maka nabi dan rasul adalah sama-sama manusia yang mendapatkan wahyu dari Allah. Akan tetapi nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya, sedangkan rasul diperintahkan untuk menyampaikan wahyunya kepada umatnya. Dengan demikian setiap Rasul pasti Nabi dan setiap Nabi belum tentu Rasul.
Beriman kepada rasul-rasul Allah adalah termasuk rukun iman. Semua umat islam wajib beriman kepada rasul-rasul Allah. Yaitu mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah memilih dan mengutus beberapa orang pilihan sebagai rasul-rasul Allah itu membawa sebuah ajaran dan petunjuk kepada kebenaran untuk kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat.
Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nisa’ ayat 136:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãYÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur É=»tFÅ3ø9$#ur Ï%©!$# tA¨tR 4n?tã ¾Ï&Î!qßu É=»tFÅ6ø9$#ur üÏ%©!$# tAtRr& `ÏB ã@ö6s% 4 `tBur öàÿõ3tƒ «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÌÏÈ  
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (Q.S An-Nisaa’ :136)

Kehadiran rasul untuk manusia sangat diperlukan, karena manusia membutuhkan wahyu atau petunjuk dari Allah. Dibutuhkannya rasul oleh manusia disebabkan karena lemahnya akal manusia dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya. Akal manusia tidak bisa menetukan baik dan buruk secara mutlak, karena akal manusia dipengaruhi oleh hawa nafsu yang cenderung pada keburukan.
2.      Sifat-Sifat Rasul
a.       Sifat Wajib Rasul
1)      Ash-Shidiq artinya benar (jujur)
2)      Al-Amanah artinya dapat dipercaya.
3)      At-Tabligh artinya menyampaikan.
4)      Al-Fathanah artinya cerdas.[1]
b.      Sifat Mustahil rasul
1)        Al-Kidzb artinya bohong.
2)        Al-Khiyanah artinya curang atau menghianati.
3)        Al-Kitman artinya menyembunyikan.
4)        Al-Baladah artinya bodoh.
c.       Sifat Jaiz Rasul
Sifat jaiz bagi rasul yaitu adalah sifat yang bisa ada dan tidak ada pada rasul. Sifat jaiz ini adalah sifat-sifat manusiawi biasa, artinya sifat-sifat yang biasa ada pada kebanyakan manusia, asalkan sifat tersebut tidak mengurangi martabat kerasulan yang mulia itu. Seperti makan, minum, tidur, menikah, sedih, gembira dan sebagainya. Dalam surat Al-Furqan ayat 20 disebutkan:
!$tBur $oYù=yör& šn=ö6s% z`ÏB šúüÎ=yößJø9$# HwÎ) öNßg¯RÎ) šcqè=ä.ù'us9 tP$yè©Ü9$# šcqà±ôJtƒur Îû É-#uqóF{$# 3 $oYù=yèy_ur öNà6ŸÒ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 ºpuZ÷FÏù šcrçŽÉ9óÁs?r& 3 tb%Ÿ2ur y7/u #ZŽÅÁt/ ÇËÉÈ  
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat.” (Q.S Al-Furqan: 20)
3.      Hikmah Beriman Kepada Rasul
Dengan beriman kepada rasul ini, seseorang akan mendapatkan hikmah-hikmah antara lain:
a.       Yakin akan kebenaran agama
Dengan mengimani sifat-sifat rasul, berarti mengimani pula bahwa apa yang dibawanya adalah benar-banar dari Allah, murni, tak ada yang terkurangi dan tak ada pula yang diubah oleh rasul itu. Kalau yang dibawa rasul adalah agama, maka agama itu pasti benarnya. Sebagai seorang muslim pasti meyakini bahwa agama Islam itu benar.
b.      Mentaati dan mencintai Rasulullah
Beriman kepada rasulullah mengandung konsekwensi untuk mentaatinya. Seseorang yang mempercayai kedudukan rasulullah dengan wahyu yang diterimanya ia mengajak kepada kebaikan. Kalau rasulullah mengajak kepada umat manusia, maka secara otomatis seseorang yang beriman harus mentaatinya. Mentaati rasulullah berarti menjalankan ajarannya, mengikuti perintahnya dan meninggalkan larangannya. Pelaksanaan ini harus juga didasari rasa cinta, tidak merasa adanya keterpaksaan. Seseorang yang masih enggan atau terpaksa menjalankan ajaran-ajaran rasulullah, maka ia berarti tidak sepenuhnya mempercayai rasulullah. Allah berfirman dalam Q.S An-Nuur ayat 56:
((#qßJŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qãèÏÛr&ur tAqß§9$# öNà6¯=yès9 tbqçHxqöè? ÇÎÏÈ
Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.”(Q.S An-Nuur: 56)

1)        Memahami tanda-tanda kebesaran Alloh melalui penjelasan dari rasul-rasul Allah.
2)        Terhindar dari dosa syirik karena ajaran tauhid yang dibawa oleh Rasul Allah
4.      Perilaku Orang yang Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah
Iman meliputi tiga unsur yaitu, diucapkan dengan lisan, dibenarkan dalam hati dan diwujudkan (direalisasikan) dalam amal perbuatan. Adapun perilaku orang yang mencerminkan keimanan kepada rasul-rasul Alloh, antara lain sebagai berikut:
a.       Menanamkan kebiasaan diri  berlaku jujur, baik kepada diri sendiri ataupun kepada orang lain.
b.      Menyampaikan amanah yang diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.
c.       Mempunyai semangat kerja yang tinggi dala menjalankan tugas yang diembannya.
d.      Mempunyai kepekaan dalam menghadapi masalah sehingga masalah tersebut  dapat diatasi dengan cepat dan tepat.
e.       Menanamkan akhlakul karimah, baik pada diri sendiri, keluarga ataupun orang lain.
f.        Mendahulukan kepentingan umat dan mengabdikan diri pada kehidupan masyarakat.[2]
B.     Mu’jizat dan Kejadian luar biasa lainnya
1.      Pengetian Mu’jizat
Mu’jizat menurut bahasa artinya membuat sesuatu menjadi tidak mampu atau sesuatu yang luar biasa. Sedang menurut istilah mu’jizat adalah suatu kejadian yang luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada seorang nabi atau rasul untuk melemahkan segala usaha dan alasan orang kafir. Alloh berfirman dalam surat Asy-Syu’ara ayat 4:
bÎ) ù't±®S öAÍit\çR NÍköŽn=tã z`ÏiB Ïä!$uK¡¡9$# Zptƒ#uä ôM¯=sàsù öNßgà)»oYôãr& $olm; tûüÏèÅÒ»yz ÇÍÈ  
Artinya: “Jika Kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, Maka Senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.” (Q.S As-Syu’ara: 4)

Adapun mu’jizat ini berfungsi sebagai:
a.       Untuk melemahkan dan mengalahkan usaha orang-orang yang menentang seruan rasul.
b.      Sebagai bukti kebenaran bahwa rasul benar-benar dipilih oleh Alloh.
Sedangkan menurut jenisnya mu’jizat dapat dibedakaan menjadi menjadi dua yaitu:
a.       Mu’jizat kauniyah atau Hissiyah
Yaitu mu’jizat yang tampak, dapat dirasakan dan dapat ditangkap oleh panca indera. Seperti tongkat nabi Musa yang bisa berubah menjadi ular.
b.       Mu’jizat aqliyah atau maknawiyah
Yaitu mu’jizat yang hanya bisa dipahami dan dimengerti oleh akal pikiran. Seperti mu’jizat nabi Muhamad yang berupa Al-Quran. Setiap muslim wajib mempercayai mu’jizat yang dimiliki para nabi atau rosul. Mengingkari mu’jizat nabi berarti mengingkari ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an, berarti sama halnya ia kafir.
2.      Kejadian-kejadian luar biasa selain mu’jizat
a.       Karomah
Karomah menurut bahasa artinya kemuliaan, keluhuran, dan anugrah. Sedangkan menurut istilah karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan oleh Alloh kepada hamba-Nya yang sholeh atau wali Allah.
b.      Ma’unah
Menurut bahasa ma’unah berarti pertongan. Sedangkan menurut istilah maunah adalah suatu kemampuan yang luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada seorang mukmin untuk mengatasi suatu kesulitan. Ma’unah terjadi pada orang biasa berkat pertolongan Alloh, maupun atas pertolongan Rasul.
c.       Irhas
Irhas adalah kejadian luar biasa yang terjadi pada seorang calon rasul, sebelum diangkat menjadi rasul. Sebagai contoh, Nabi Isa pada waktu bayi sudah bisa berbicara kepada orang yang melecehkan ibunya. Nabi Muhamad pada waktu berniaga ke negeri Syam, beliau diikuti dan dipayungi oleh awan.
Selain itu adapun manfaat dari dari karomah, ma’unah, dan irhas adalah sebagai berikut:
a.       Untuk membuktikan bahwa Alloh merupakan Dzat yang Maha Kuasa.
b.      Agar manusia semakin mantap dalam berimaan kepada Alloh.
c.       Supaya orang yang beriman semakin menambah amal ibadahnya dan amal shalehnya.
d.      Biar segera keluar dari permasalahan yang dihadapi.
e.       Bagi orang yang beriman menyadari bahwa dengan adanya karomah, ma’unah, dan irhas meyakini kekuatan Alloh di atas segala-galanya.

C.    Akhlak Terpuji kepada Sesama
Agama islam mengajarkan kepada umatnya agar mempuyai akhlak yang terpuji, baik terhadap Allah, sesama manusia ataupun terhadap sesama makhluk. Adapun akhlak-akhlak terpuji antara lain:
1.      Husnudzon
Husnudzon yaitu berprasangka atau dugaan baik kepada orang lain. Hukum berhusnudzon kepada Allah dan Rasulnya yaitu wajib. Dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 12:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ    
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Hujurat ayat: 12).

Adapun wujudnya dapat dilakukan dengan cara antara lain:
a.       Meyakini dengan sepenuh hati bahwa apa yang diperintahkan Allah dan Rasulullah semata-mata untuk kebaikan manusia.
b.      Meyakini dengan sepenuh hati bahwa apa saja yang dilarang Allah dan Rasulullah, mempunyai akibat yang buruk bagi orang yang melanggarnya.
c.       Mengembangkan akhlakul karimah dengan hidup bermasyarakat
d.      Berhusnudzoon kepada orang lain tentang kemampuannya dalam menyeleseikan tugasnya.
Adapun hukum husnudzon kepada sesama manusia adalah mubah. Sedangkan su’udzoon hukumnya haram, karena su’udzoon merupakan suatu sifat yang senantiasa mencurigai orang lain berbuat jelek, padahal hal tersebut belum tentu benar.
Dampak positif husnudzoon diantaranya:
1)        Terciptanya kehidupan yang tentram dalam hidup bermasyarakat.
2)        Terjalin ikatan batin yang kuat antara pelaku dan orang lain yang diduga berbuat baik.
3)        Terjadinya saling percaya mempercayai antar keduanya.
4)        Semakin kokoh hubungan persaudaraan antara keduanya.
2.      Tawadhu’
Tawadhu’ artiinya rendah hati, sedangkan yang dimaksud orang yang tawadhu’ yaitu orang yang merendahkan hati dalam pergaulan atau tidak menampakkan kemampuan yang dimilikinya. Lawan dari tawadhu’ adalah takabur (sombong). Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 24:
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ  
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Q.S. Al-Isra’: 24).

Bentuk-bentuk perilaku tawadhu’ diantaranya:
a.       Tidak mempunyai sikap bermegah-megahan dan curang.
b.      Tidak mau melayani omongan orang-orang yang berlaku kasar.
c.       Menghormati orang yang lebih tua.
d.      Menyayangi orang yang lebih rendah kedudukannya.
Dampak positif dari perilaku tawadhu’ yaitu:
a.       Banyak orang yang simpatik dan senang bergaul dengannya.
b.      Akan dihormati dan disegani oleh banyak orang.
c.       Mempererat hubungan silaturahmi antara dirinya dan orang lain.
d.      Akan dimuliakan oleh Allah ataupun sesama manusia.
3.      Tasamuh
Tasamuh artinya bermurah hati, berlembut hati, saling menghormati atau saling menghargai sesama manusia. Diantara perintah Allah agar kita mempunyai sikap tasamuh, antara lain diterangkan dalam Q.S. Al-Kafirun ayat 6:
ö/ä3s9 ö/ä3ãYƒÏŠ uÍ<ur ÈûïÏŠ ÇÏÈ  
Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku" (Q.S. Al-Kafirun: 6).

Bentuk-bentuk tasamuh antara lain:
a.      Tidak melarang tetangga jika ingin menanam pohon dibatas kebunnya.
b.     Tidak mengganggu ketenangan tetangga.
c.      Menyukai sesuatu yang dimiliki tetangganya sebagaiman ia menyukai untuk dirinya sendiri.
Dampak positif perilaku tasamuh dakam kehidupan antara lain:
a.      Terciptanya jalinan persaudaraan yang erat anta anggota masyarakat.
b.     Mempererat jalinan kerjasama yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.
c.      Terbukanya kesempatan yang lebih luas untuk memperoleh rizki, karena banyak relasi.
4.      Ta’awun
Ta’awun adalah sikap saling tolong-menolong, bantu-membantu dalam beramal sholeh dalam rangka beribadah semata-mata mengharap ridho Allah. Dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2:
(#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ    
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (Q.S. Al-Maidah: 2).

Sikap ta’awun dalam kehidupan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk antara lain:
a.         Meringankan beban hidup, menutupi aib dan memberi bantuan kepada saudaranya yang lain.
b.        Mengunjungi saudaranya yang sedang sakit.
Dampak positif ta’awun yaitu:
a.         Dapat meringankan beban atau tugas berat karena adanya kerjasama.
b.        Dapat mempercepat pekerjaan.
c.         Menjalin silaturahmi yang erat karena adanya sikap saling membantu.
d.        Terciptanya kerukunan antar anggota masyarakat.

D.    Akhlak Tercela kepada sesama
1.      Hasad
a.       Pengertian hasad
Hasad berasal dari bahasa Arab “hasadun” yaitu rasa iri hati atau rasa tidak senang terhadap orang lain yang mendapatkan keuntungan atau kesenangan dengan cara melakukan reaksi atau tindakan yang merugikan orang lain tersebut. Sifat hasad atau iri hati ini merupakan penyakit rohani yang apabila tidak disadari dan diwaspadai akan menghabiskan kebaikan yang kita miliki. Apabila rasa iri hati ini tidak dapat dikendalikan lagi, maka muncullah perbuatan yang buruk yakni dengki.
b.      Dalil tentang larangan bersifat hasad
Sifat hasad merupakan sifat yang sangat tercela dalam Islam serta membahayakan dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Oleh karena itu Allah melarang kepada umat Islam mempunyai sifat hasad tersebut. Dalam Q.S An-Nisa ayat 32:
Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 É
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain..”. (Q.S An-Nisa: 32)

c.       Dampak negatif perbuatan hasad
Setiap akhlak tercela pasti mempunyai dampak negatif baik bagi dirinya maupun orang muslim lainnya. Diantara dampak negatif dari hasad antara lain:
1)      Bagi dirinya
a)      Menghapus semua pahala atau amal kebaikan yang telah dikerjakan.
b)      Mengalami tekanan bathin, karena setiap melihat orang lain mendapat kenikmatan dirinya tidak senang.
c)      Menjatuhkan harkat dan martabat dihadapan Allah dan manusia..
d)      Tidak tenang jiwanya, karena mereka tidak pernah puas terhadap apa yang dimiliki.
2)      Bagi orang lain
a)      Menimbulkan rasa kekecewaan pada orang lain.
b)      Terciptanya suasana hidup dalam masyarakat yang tidak harmonis.
c)      Terputusnya tali silaturahmi dalam hidup bermasyarakat.
d)      Mempersempit rizqi karena terputusnya tali silaturahmi.
d.      Perilaku menghindari hasad
Diantara perilaku menghindari hasad yaitu:
1)      Senantiasa bersyukur atas nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya.
2)      Senang bergaul dengan orang-orang sholih.
3)      Membiasakan diri ikut senang apabila ada tetangganya mendapat kenikmatan.
2.      Dendam
a.       Pengertian dendam
Dendam adalah perasaan marah yang ada pada diri seseorang dan dia tidak berusaha untuk memaafkan orang lain, tetapi menuggu kesempatan untuk membalasnya. Jadi seseorang ingin membalas rasa sakit hatinya kepada orang yang dirasakan menyakitinya. Sikap pendendam ini sangat tercela dan berbahaya, baik bagi dirinya maupun orang lain.
b.      Dalil tentang anjuran bersabar, tidak pendendam
Dalam Q.S An-Nur ayat 22:
( (#qàÿ÷èuø9ur (#þqßsxÿóÁuø9ur 3 Ÿwr& tbq7ÏtéB br& tÏÿøótƒ ª!$# óOä3s9 3 ª!$#ur Öqàÿxî îLìÏm§ ÇËËÈ  
Artinya: “Dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S An-Nur: 22)

c.       Akibat sifat dendam
1)      Menimbulkan kegelisahan diantara warga masyarakat.
2)      Orang yang pendendam hati atau jiwanya tidak pernah tenteram dan selalu gelisah, karena selalu diliputi rasa untuk membalas.
3)      Terputusnya hubungan persaudaraan.
d.      Perilaku menghindari dendam
1)      Menanamkan kesabaran dalam menghadapi sesuatu yang mengecewakan hati.
2)      Melatih diri untuk memaafkan kesalahan yang diperbuat orang lain pada dirinya.
3)      Membiasakan dirinya bersikap lapang dada.
3.      Ghibah dan Fitnah
a.       Pengertian ghibah dan fitnah
Ghibah yaitu membicarakan aib atau kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Sedang yang dimaksud fitnah adalah membicarakan atau menyebarkan berita tentang seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
b.      Dalil tentang larangan ghibah dan fitnah
Dalam Q.S Al-Hujurat ayat 12:
Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4
Artinya: “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (Q.S Al-Hujurat: 12)

c.       Dampak negatif ghibah dan fitnah
1)      Ghibah
a)      Menjatuhkan nama baik orang yang digunjing.
b)      Terputusnya hubungan persaudaraan antara yang digunjing dengan masyarakat sekitarnya.
c)      Terjadinya pertikaian apabila orang yang digunjing mengerti.
2)      Fitnah
a)      Timbulnya sikap saling curiga-mencurigai agar anggota masyarakat, sehingga tidak terjadi keharmonisan dalam hidup bermasyakat.
b)      Timbulnya perpecahan diantara kelompok masyarakat dalam hidup bermasyarakat.
c)      Perilaku fitnah mendapat dosa lebih besar daripada pembunuhan. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 191:
èpuZ÷FÏÿø9$#ur x©r& z`ÏB È@÷Gs)ø9$# 4
Artinya: “Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan.” (Q.S Al-Baqarah: 191)

d.      Perilaku menghindari ghibah dan fitnah
1)      Menyadari bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan.
2)      Melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri tentang kesalahan-kesalahan yang diperbuat.
3)      Selalu ingat dengan kebaikan orang lain.
4)      Tidak mudah mempercayai berita yang tidak jelas.
4.      Namimah
a.       Pengertian namimah
Namimah menurut bahasa artinya mengadu domba. Sedang menurut istilah namimah artinya memindahkan ucapan seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk merusak hubungan diantara keduanya. Orang yang suka mengadu domba disebut dengan Al-Qatlat (tukang adu domba). Istilah sekarang orang suka mengadu domba disebut dengan provokator. Umat Islam wajib untuk menghindari dari sifat namimah.
Ciri-ciri perbuatan namimah, yaitu:
1)      Perbuatan tersebut merusak hubungan antara dua orang atau lebih.
2)      Untuk membocorkan aib atau rahasia orang lain.
3)      Menjatuhkan nama baik seseorang dimata orang lain.
4)      Cerita yang diunsurkan mengandung unsur kebohongan.
5)      Menyakiti hati orang yang dijadikan obyek pembicaraan.
b.      Dalil tentang larangan namimah
Q.S Al-Hujurat ayat 6:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ŠÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ  
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S Al-Hujurat : 6)

c.       Dampak negatif namimah
Diantara dampak dari perbuatan namimah yaitu:
1)      Dapat menimbulkan kerusuhan dan permusuhan dalam kehidupan masyarakat.
2)      Menimbulkan rasa kebencian antara kedua belah pihak yang diadu domba.
3)      Merusak dan menyakiti hati orang lain.
4)      Dapat menjatuhkan nama baik seseorang.
d.      Perilaku menghindari namimah
Cara untuk menghindari diri dari sifat namimah, diantaranya yaitu:
1)      Tidak langsung membenarkan atau mempercayai setiap berita yang diterima yang belum diketahui kebenarannya.
2)      Melakukan tayabun (meneliti kebenaran) dari berita yang diterima yang belum benar-benar mempercayainya.
3)      Membenci sifat namimah.
4)      Tidak mencari-cari kesalahan orang lain.
Allah berfirman dalam Q.S Al-Hujurat ayat 12
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” (Q.S Al-Hujurat: 12)[3]






















BAB III
KESIMPULAN
1.      Rasul menurut bahasa adalah utusan sedang menurut istilah ialah orang yang menerima wahyu dari Allah yang berkenaan dengan syari’at agama tertentu dan ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterimanya kepada umatnya.
2.      Mu’jizat menurut bahasa artinya membuat sesuatu menjadi tidak mampu atau sesuatu yang luar biasa. Sedang menurut istilah mu’jizat adalah suatu kejadian yang luar biasa yang diberikan oleh Alloh kepada seorang nabi atau rasul untuk melemahkan segala usaha dan alasan orang kafir.
3.      Agama islam mengajarkan kepada umatnya agar mempuyai akhlak yang terpuji, baik terhadap Allah, sesama manusia ataupun terhadap sesama makhluk. Adapun akhlak-akhlak terpuji antara lain:
a.       Husnudzon.
b.      Tawadhu’
c.       Tasamuh
d.      Ta’awun
4.      Diantara akhlak tercela yaitu:
a.       Hasad
b.      Dendam
c.       Ghibah dan fitnah
d.      Namimah









DAFTAR PUSTAKA
Al-Iqbal, Team. Aqidah Akhlak kelas VIII semester gasal. Solo: Indonesia Jaya, 2007.
Arifin,  Faqih. Aqidah Akhlak untuk  SMP kelas 8. Sidoarjo: Al-Maktabah, 2015.



[1] Faqih Arifin,  Aqidah Akhlak untuk  SMP kelas 8 (Sidoarjo: Al-Maktabah, 2015), 32-36.
[2] Team Al-Iqbal,  Aqidah Akhlak kelas VIII semester gasal (Solo: Indonesia Jaya, 2007), 10-11.
[3] Aqidah Akhlak kelas VIII semester gasal, 33-54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar